Tesis

Hubungan Antara Dispersi QT Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner dengan Kejadian Kardiovaskular Mayor

Pendahuluan: Bedah Pintas Arteri Koroner memperbaiki prognosis pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK). Namun, terdapat beberapa pasien yang mungkin mengalami kejadian kardiovaskular mayor (KKM). Dispersi QT telah diyakini sebagai penanda kematian jantung mendadak (KJM) dan takiaritmia ventrikel. Pada subyek pasca infark miokardial akut yang menjalani intervensi koroner perkutan yang berhasil, peningkatan dispersi QT merupakan penanda KJM dan berkaitan dengan peningkatan resiko teijadinya KKM. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara dispersi QT dengan KKM pasca BPAK. Metodologi: Penelitian kohort retrospektif ini dilakukan menggunakan analisis rekam medis subyek telah menjalani tindakan BPAK di PJNHK dari Januari sampai Desember 2007 dengan pemantauan lanjutan 1 tahun. Dispersi QT didefinisikan sebagai perbedaan antara QT terpanjang dengan terpendek pada EKG 12 sadapan. Pada penelitian ini, dispersi QT diperoleh dari EKG 12 sadapan yang diambil saat perawatan antara hari ke 5 sampai hari ke 7 pasca PAK. Penilaian dilakukan secara manual dan tersamar dengan data klinis, kemudian menjadi dua kelompok (QT d < 60 and QT d > 60). Hasi: Dari 517 subyek yang menjalani tindakan BPAK, hanya terdapat 343 subyek dengan data yang dapat lakukan analisis. Subyek terbagi menjadi 303 laki-laki dan 40 perempuan (rerata umur 58,0 ± 7,9 tahun). Rerata dispersi QT 55,7 ± 19,9 milidetik. 63 % dari total subyek dengan hipertensi sebagai faktor resiko PJK yang dominan, diikuti oleh dislipidemia (42,3 % ), diabetes dan merokok (29,4 %). Terdapat 43 (12,5 %) subyek yang mengalami KKM, 19 (5,5 % ) subyek diantaranya mengalami gagal jantung akut, 11 (3,2%) menderita sindroma koroner akut non fatal, 2 (0,6 %) menjalani perawatan di rumah sakit dengan stroke. 11 (3,2 %) meninggal oleh penyebab kardiak atau non kardiak. Dispersi QT > 60 milidetik berhubungan dengan keseluruhan KKM (risiko relatif 3.58; [IK 95 % 1.93 - 6.65], p < 0.01), sindroma koroner akut non fatal (RR 9.41 [IK 95 % 2,03 - 43,58], p = 0.004) dan gagal jantung akut (RR 4.56 (IK 95 % 2.00, p = 0.002). Kesimpulan: Dispersi QT > 60 milidetik meningkatkan resiko teijadinya kejadian kardiovaskular mayor, gagal jantung akut dan sindroma koroner akut non fatal dalam pemantauan lanjutan selama 1 tahun pada subyek pasca BPAK.
Kata kunci: Dispersi QT, Bedah Pintas Arteri Koroner, Kejadian Kardiovaskular Mayor

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2009
Pengarang

Reynold Agustinus - Nama Orang
Budhi Setianto - Nama Orang
Yoga Yuniadi - Nama Orang

No. Panggil
T09229fk
Penerbit
Jakarta : Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.,
Deskripsi Fisik
viii, 41 hal; ill; 21 x 30 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
TWG169R462h2009
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
T09229fkT09229fkPerpustakaan FKUITersedia
Image of Hubungan Antara Dispersi QT Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner dengan Kejadian Kardiovaskular Mayor

Related Collection